Sang Hyang Girinata, berkehendak akan menjodohkan bidadari Dewi Retnawati dan resi Manumayasa, Dewi Kanastri dan Janggan Semarasanta. Menyadari bahwasanya Resi Manumayasa belum berkeinginan akan kimpoi, kedua bidadari diganti perwujudanya dengan bentuk dua ekor harimau, kepada sang Hyang Narada diserahkan agar segala kehendak sang Hyang Girinata terlaksana.
Di tengah hutan belantara, Resi Manumayasa dan Janggan Semarasanta, yang tengah berkelana, bertemu dengan kedua harimau jadian tersebut, akhirnya harimau dapat dibunuh, sehilangnya kedua harimau, tampak kedua bidadari tersebut, resi Manumayasa mengejarnya. Sang Hyang Narada yang merasa berhasil dalam mempertemukan resi Manumayasa dan Dewi Retnawati, Janggan Semarasanta dan Dewi Kanastri, segera mendekati sang resi, seraya berkata, , Resi Manumayasa, dan kau Janggan Semarasanta, sudah takdir dewa, bahwasanya bidadari-bidadari, Dewi Retnawati menjadi jodoh Manumayasa, dan Dewi Kanastri dengan Semarasanta, terimalah.
Pada suatu hari Dewi Retnawati mengajak suaminya Resi Manumayasa, untuk berkelana mengelilingi wukir Retawu, ditengah-tengah hutan belantara, Sang Dewi melihat buah Sumarwana, berkeinginan sekali memakannya, kepada sang Resi dimintanya memetik.
Syahdan, buah Sumarwana itu milik gandarwa Satrutapa, sesuai dengan sabda dewa yang diterimanya, hai Satrutapa, jika istrimu menginginkan mempunyai anak, makanlah buah Sumarwana itu, maka ditungguilah buah Sumarwana itu sampai saat dapat dipetik dan dimakan.
Mengetahui bahwasanya buah Sumarwana telah hilang, berkatalah gandarwa Satrutapa kepada Resi Manumayasa, hai sang resi, jika kelak istrimu melahirkan anak lelaki, namailah Sakutrem hilanglah gandarwa Satrutapa, bersatu jiwa dengan Dewi Retnawati
Datanglah kemudian Prabu Karumba, raja raksasa dari Pringgadani dengan segenap prajuritnya, untuk menggempur wukir Saptaarga, dan menawan resi Manumayasa, sesuai perintah pamandanya raja Basumurti, dari Wirata, yang diperkirakan akan memberontak terhadap kerajaan pamandanya. Prabu Karumba mati oleh resi Manumayasa, demikian pula semua prajuritnya tewas.
Di tengah hutan belantara, Resi Manumayasa dan Janggan Semarasanta, yang tengah berkelana, bertemu dengan kedua harimau jadian tersebut, akhirnya harimau dapat dibunuh, sehilangnya kedua harimau, tampak kedua bidadari tersebut, resi Manumayasa mengejarnya. Sang Hyang Narada yang merasa berhasil dalam mempertemukan resi Manumayasa dan Dewi Retnawati, Janggan Semarasanta dan Dewi Kanastri, segera mendekati sang resi, seraya berkata, , Resi Manumayasa, dan kau Janggan Semarasanta, sudah takdir dewa, bahwasanya bidadari-bidadari, Dewi Retnawati menjadi jodoh Manumayasa, dan Dewi Kanastri dengan Semarasanta, terimalah.
Pada suatu hari Dewi Retnawati mengajak suaminya Resi Manumayasa, untuk berkelana mengelilingi wukir Retawu, ditengah-tengah hutan belantara, Sang Dewi melihat buah Sumarwana, berkeinginan sekali memakannya, kepada sang Resi dimintanya memetik.
Syahdan, buah Sumarwana itu milik gandarwa Satrutapa, sesuai dengan sabda dewa yang diterimanya, hai Satrutapa, jika istrimu menginginkan mempunyai anak, makanlah buah Sumarwana itu, maka ditungguilah buah Sumarwana itu sampai saat dapat dipetik dan dimakan.
Mengetahui bahwasanya buah Sumarwana telah hilang, berkatalah gandarwa Satrutapa kepada Resi Manumayasa, hai sang resi, jika kelak istrimu melahirkan anak lelaki, namailah Sakutrem hilanglah gandarwa Satrutapa, bersatu jiwa dengan Dewi Retnawati
Datanglah kemudian Prabu Karumba, raja raksasa dari Pringgadani dengan segenap prajuritnya, untuk menggempur wukir Saptaarga, dan menawan resi Manumayasa, sesuai perintah pamandanya raja Basumurti, dari Wirata, yang diperkirakan akan memberontak terhadap kerajaan pamandanya. Prabu Karumba mati oleh resi Manumayasa, demikian pula semua prajuritnya tewas.
0 comments:
Post a Comment