Searching...

Popular Posts

Thursday, June 20, 2013

Kidung Malam (50) - Berjumpa dengan Kekasih Hati

7:34 AM

Tidak seperti kabar yang tersebar luas di negara Hastinapura dan sekitarnya, Kunthi dan anak-anaknya selamat dari kobaran api, berkat Kanana dan terowongan yang dibuatnya. Mereka menyusuri lorong terowongan yang sempit dan gelap, mengikuti cahaya putih kemilau. Semakin lama terowongan itu semakin lebar dan terang, sehingga cahaya putih yang semula nampak jelas, semakin lama semakin menjadi tidak jelas.

Ketika perjalanan mereka sampai di alam terbuka yang terang benderang, mereka tidak melihat lagi cahaya itu. Jika semula Kunthi dan Pandhawa mengira bahwa cahaya putih itu adalah Kanana, nyatanya bukan. Bahkan Kanana sendiri melihat bahwa cahaya Putih itu adalah Batara Narada, Dewa yang bertubuh bulat pendek. Lalu siapa cahaya putih yang menuntun di dalam kegelapan tadi?

Kunthi, Pandawa Lima dan Kanana saling berpandangan. Mereka heran dengan apa yang baru saja mereka alami. Berawal dari peristiwa kebakaran di Bale Sigala-gala, kemudian mereka dibukakan pintu terowongan oleh Kanana, kemudian Bima menggendong mereka dan membawa masuk ke pintu terowongan. Di terowongan mereka mengikuti cahaya putih dan akhirnya selamat sampai di tempat terbuka yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya.

Tempat yang asing tersebut merupakan halaman pintu gerbang kerajaan. Kerajaan manakah ini. Pintu gerbangnya megah perkasa, dihiasi dengan ukiran bermotif binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mempesona. Seperti kerajaan besar lainnya, pintu gerbang tersebut dijaga oleh beberapa perajurit yang mengawasi orang yang keluar masuk kerajaan. Jika dirasa perlu para penjaga tersebut berwenang memeriksa dan menggeledah tamu yang ingin masuk ke kerajaan. Kunti, Pandawa Lima dan Kanana disambut oleh kepala perajurit jaga dengan penuh hormat. Kemudian mereka dikawal beberapa perajurit untuk masuk menuju kedaton, kecuali Kanana yang memilih tinggal bersama perajurit jaga.

Kunthi dan Pandawa heran, para prajurit di kerajaan ini berkulit kasar saperti sisik, baunya amis seperti ular. Mereka membawa Kunti dan anak-anaknya kepada yang dikenalkan sebagai putra raja, bernama Nagatatmala. Orangnya gagah pakaiannya gemerlap ia juga bersisik seperti perajurit-perajurit yang lain. Nagatatmala memberi hormat dan bertanya mengenai keselamatan mereka. Nagatatmala mempersilakan mereka beristirahat di tempat yang sudah disediakan, sebelum ketemu raja. Seorang gadis cantik dikenalkan oleh Nagatatmala, sebagai adiknya bernama Nagagini.

Kunthi dan Pandawa terpesona melihat kecantikan Nagagini. Kulitnya halus bersinar tidak seperti kakaknya dan para perajurit, yang berkulit kasar bersisik. Hamper tak berkedip, para Pandawa memandang Nagagini yang berperangai lembut dan menawan. Nagagini memberi salam hormat kepada Kunti dan kepada Puntadewa, Bimasena, Herjuna, Nakula dan Sadewa. Tidak ada yang tahu bahwa ketika Nagagini memberi salam hormat kepada Bimasena, Nagagini bergetar gugup. Detak jantungnya berdegup keras. Bimasena adalah sosok yang pernah ia jumpai dalam mimpinya. Bahkan di dalam mimpi tersebut Bimasena dan Nagagini telah saling memadu kasih.

“Oh Raden Bima”

Nagagini berkeluh pendek dan segera meninggalkan ruangan tempat Kunti dan para Pandawa berada, takut jika gejolak hatinya terbaca. Gejolak hati yang tak karuan ketika berjumpa dengan kekasih hatinya. Bagi Nagagini sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan. Karena mimpinya belum lama ini menjadi kenyataan.

source: google.com

0 comments:

Post a Comment