Cakra adalah senjata sejenis panah yang dianugerahkan oleh Dewa kepada titisan Hyang Wisnu. Pada umumnya siapapun yang merupakan titisan Wisnu mempunyai juga senjata ini. Senjata ini sangat sakti, tak ada seorang pun yang kuat menghadapi cakra.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, Prabu Arjunasasrabahu, seorang titisan Wisnu, dipanah dengan senjata cakra oleh Raden Sumantri, yakni seorang kesatria yang akan menghamba pada Prabu Arjunasasrabahu, untuk mencoba kesaktian Prabu Arjunasasrabahu. Untuk menghadapinya, maka Prabu Arjunasasrabahu bertiwikrama, yaitu berubah menjadi raksasa yang amat besar. Dengan kesaktian Prabu ini, maka Sumantri gentarlah dan hilang segala kesaktiannya. Hal ini menunjukkan bahwa senjata cakra tak mempan pada titisan Wisnu. Kedua kesatria tersebut, Arjunasasrabahu dan Sumantri itu, merupakan titisan Wisnu.
Pada perang Baratayudha, senjata ini dipergunakan oleh Prabu Kresna untuk tipu muslihat menutup sinar matahari, hingga tampak sinar matahari itu suram dan hari menjelang malam. Tipuan ini digunakan ketika Arjuna bersumpah akan mati bertunu (bakar) jika pada hari itu ia tak dapat membunuh Jayadrata yang telah membunuh anaknya. Karena sumpah setia, ini terdengar oleh pihak Kurawa, maka disembunyikanlah Jayadrata. Dan ketika sinar matahari suram tertutup Cakra, Jayadrata tergoda ingin. melihat kematian Arjuna dan keluar dari tempat persembunyiannya. Tingkah laku Jayadrata itu diketahui oleh Seri Kresna, maka berkatalah Seri Kresna kepada Arjuna, menyuruh melepaskan panah pada Jayadrata. Tak pelak panah Arjuna mengenai sasarannya dan penggallah kepala Jayadrata. Setelah kejadian ini, Seri Kresna menarik cakranya kembali, dan maka terang benderang sebagai sediakala dan riuh rendah suara sorak pihak Pandawa.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, Prabu Arjunasasrabahu, seorang titisan Wisnu, dipanah dengan senjata cakra oleh Raden Sumantri, yakni seorang kesatria yang akan menghamba pada Prabu Arjunasasrabahu, untuk mencoba kesaktian Prabu Arjunasasrabahu. Untuk menghadapinya, maka Prabu Arjunasasrabahu bertiwikrama, yaitu berubah menjadi raksasa yang amat besar. Dengan kesaktian Prabu ini, maka Sumantri gentarlah dan hilang segala kesaktiannya. Hal ini menunjukkan bahwa senjata cakra tak mempan pada titisan Wisnu. Kedua kesatria tersebut, Arjunasasrabahu dan Sumantri itu, merupakan titisan Wisnu.
Pada perang Baratayudha, senjata ini dipergunakan oleh Prabu Kresna untuk tipu muslihat menutup sinar matahari, hingga tampak sinar matahari itu suram dan hari menjelang malam. Tipuan ini digunakan ketika Arjuna bersumpah akan mati bertunu (bakar) jika pada hari itu ia tak dapat membunuh Jayadrata yang telah membunuh anaknya. Karena sumpah setia, ini terdengar oleh pihak Kurawa, maka disembunyikanlah Jayadrata. Dan ketika sinar matahari suram tertutup Cakra, Jayadrata tergoda ingin. melihat kematian Arjuna dan keluar dari tempat persembunyiannya. Tingkah laku Jayadrata itu diketahui oleh Seri Kresna, maka berkatalah Seri Kresna kepada Arjuna, menyuruh melepaskan panah pada Jayadrata. Tak pelak panah Arjuna mengenai sasarannya dan penggallah kepala Jayadrata. Setelah kejadian ini, Seri Kresna menarik cakranya kembali, dan maka terang benderang sebagai sediakala dan riuh rendah suara sorak pihak Pandawa.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
0 comments:
Post a Comment