Searching...

Popular Posts

Sunday, June 23, 2013

Kidung Malam (86) - Cerita Masa Lalu

10:35 PM

Trigantalpati resmi dilantik menjadi Patih Hastinapura menggantikan Gandamana. Orang yang paling bahagia pada pelantikan Trigantalpati adalah kakak perempuannya yang bernama Dewi Gendari atau Gandari. Dewi Gendari dan Trigantalpati adalah dua suadara diantara empat bersaudara anak Prabu Gandararaja raja negara Gandaradesa dengan permaisuri Dewi Gandini.

Pada waktu Trigantalpati akan mengikuti sayembara untuk memperebutkan Dewi Kunthi di negara Mandura, yang menemani adalah Dewi Gendari, saudara tertua. Sedangkan adik-adiknya yang bernama Arya Surabasata dan Arya Gajaksa di tinggal di Gandaradesa.

Dikarenakan negara kecil Gandaradesa letaknya jauh dari negara Mandura maka sesampainya di sitihinggil Mandura, sayembara telah selesai. Pemenangnya adalah Pandudewanata. Trigantalpati kecewa. Ia menantang Pandudewanata untuk merebut Dewi Kunthi. Pandu melayani tantangan Trigantalpati dengan perjanjian Jika Trgantalpati dapat mengalahkan Pandudewanata, Dewi Kunthi diserahkan kepada Trigantalpati. Tetapi jika Trigantalpati kalah, Dewi Gandari diserahkan kepada Pandudewanata. Dalam pertempuran itu Pandudewanata dengan mudah dapat mengalahkan Trigantalpati, maka Dewi Gendari menjadi milik Pandudewanata, menyusul dua putri sebelumnya yaitu Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Selanjutnya ke tiga putri tersebut di boyong Pandu ke Hastinapura.

Kekecewaan yang amat dalam dialami oleh dua kakak beradik dari Gandaradesa. Keduanya kecewa karena Pandudewanata. Trigantalpati kecewa karena telah dikalahkan Pandudewanata dalam sayembara. Sedangkan Dewi Gendari kecewa karena sebagai putri boyongan ia oleh Pandudewanata diberikan untuk kakaknya yang buta bernama Destarastra. Dua hati yang kecewa tersebut kemudian sepakat berjuang untuk menghancurkan Pandudewanata. Oleh karenanya Dewi Gendari sangat gembira ketika Trigantalpati adiknya berhasil menduduki jabatan patih. Karena dengan jabatan yang strategis tersebut Dewi Gendari dan Trigantalpati dapat dipermudah untuk menghancurkan Pandudewanata dari dalam.

Pandudewanata sebagai raja yang mengangkat Trigantalpati menjadi patih tidak menyadarinya akan hal itu, karena Dewi Gendari yang menjadi kakak iparnya dan Trigantalpati adik Gendari yang sebelum aktif membantu dalam hal tata keprajuritan tidak menunjukkan tanda-tanda membuat gerakkan yang mencurigakan

Belum genap hitungan tahun Trigantalpati menjabat sebagai patih, tiba-tiba kotaraja geger dengan munculnya Patih Gandamana yang dikabarkan telah gugur di medan perang Pamukswa. Prajurit jaga yang sedang bertugas diperbatasan mengenali untuk pertamakali kemunculan Patih Gandamana setelah dikabarkan gugur di medan perang.

“Gusti Patih Gandamana ? tidakkah aku sedang bermimpi? Paduka terhindar dari marabahaya?” tanya seorang prajurit jaga diperbatasan penuh keheranan.

“Seperti yang engkau lihat aku sedikit cidera, tetapi sudah pulih kembali.” Jawab Gandamana sambil tersenyum.

Sejatinya Gandamana tidak mati seperti yang telah dikabarkan. Ia ditolong oleh Yamawidura adik Pandudewanata ketika Gandamana ditimbun dalam luweng. Pada saat-saat terakhir sebelum segalanya menjadi gelap, Gandamana melihat wajah Trigantalpati yang memerintahkan para Kurawa untuk menimbun dirinya. Ada senyum di bibir Trigantalpati. Senyum yang mengandung ejekan dan kebengisan.

Entahlah apa yang terjadi kemudian setelah aku tak sadarkan diri. Yang aku tahu kemudian bahwa aku telah diselamatkan Yamawidura, adik Prabu Pandu. Ia merawatku hingga pulih seperti sekarang ini. Namun ada satu hal yang sampai sekarang selalu membayang di anganku yaitu senyum Trigantalpati, senyum yang membuatku terpuruk,” tutur Gandamana kepada sekelompok perajurit jaga di perbatasan.

Tahulah sekarang bahwa Trigantalpati yang menjadi otak dibalik semua ini, guman para prajurit dalam hati. Ternyata Trigantalpati telah merencanakan pembunuhan terhadap Patih Gandamana. Setelah berhasil menjebak Gandamana dalam luweng yang dibuatnya, Trigantalpati meniupkan kabar bahwa Gandamana telah gugur di medan perang. Entah apa yang kemudian dilakukan dan siapa saja yang berperan, karena tidak beberapa lama kemudian semenjak kabar gugurnya Gandamana ditiupkan Trigantalpati diangkat oleh Prabu Pandudewanata menjadi Patih menggantikan Gandamana.

Kasihan Gusti Patih Gandamana. Ia tidak tahu bahwa Hastinapura tidak lagi membutuhkan Gandamana sebagai Patih karena Prabu Pandudewanata telah mengangkat patih baru. Apa jadinya jika kemudian Gandamana tahu bahwa Hastinapura telah mempunyai patih baru yaitu Trigantalpati. Demikian kata yang terlontar dari bibir para prajurit jaga sembari menatap Gandamana yang melangkah ringan menuju kotaraja.

Gandamana melanjutkan ceritanya, sesampainya di kotaraja aku langsung menuju ke sitihinggil, tempat raja bertahta. Saat itu sedang ada pasowanan agung. Para Nayaka, Bupati, Demang, punggawa memenuhi bangsal sitihinggil. Aku meminta jalan untuk menghadap raja dan menunjukkan bahwa aku dalam keadaan selamat. Keadaan yang hening berubah. Semua mata memandangku. Banyak diantara mereka yang menyebut namaku “Gusti Patih Gandamana?” Tatapan mata mereka adalah tatapan keheranan. Gandaman masih hidup?

Sesampainya di depan Raja Pandudewanata, aku menyembah sembari mengucap “Ampun sang Prabu, ampunilah hamba yang lama tidak menghadap paduka”

Beberapa saat Pandudewanata tak dapat mengucap. Sembari sedikit memelototkan mata karena keterkejutannya dan keheranannya Prabu Pandudewanata berkata “Benarkah engkau Patih Gandamana?

Sebelum Gandamana menjawab, Trigantalpati berdiri dan berteriak lantang “Bukan dia sang Prabu! Inilah satu-satunya Patih Hastinapura, Trigantalpati.”

Mendengar suara yang tidak asing lagi Gandamana menoleh, dan dilihatnya Trigantalpati memakai busana Patih berdiri sambil menepuk dada.

Ibarat jerami kering dilempar minyak dan api, maka seketika terbakarlah hati Gandamana melihat tampang dan sikap Trigantalpati. Tanpa menghiraukan keberadaan raja yang sedang bertahta, Gandamana berdiri membelakangi raja dan menyeret Trigantalpati ke luar pasowanan Agung. Trigantalpati tak berdaya dalam cengkeraman Gandaman yang sudah mengetrapkan mantra sakti aji Bandungbandawasa. Sesampainya di Alun-alun Trigantalpati dihajarnya habis-habisan.

Setelah raga Trigantalpati hancur, Gandamana meniggalkan Trigantalpati di alun-alun. Maksud hati ingin kembali ke pasowanan agung untuk menjelaskan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Namun sayang, pisowanan agung telah dibubarkan. Tindakkan Gandamana tidak berkenan di hati Pandu karena telah meremehkan raja yang sedang bertahta. Bahkan Prabu Pandudewanata tidak mengijinkan lagi Gandamana menghadapnya.

Aku seperti dihempaskan dari Hastinapura. Tidak lagi tersisa sedikit pun jasaku di sana. Gandamana menarik nafas dalam-dalam. Dengan hati pedih dan hancur ia meninggalkan bumi Hastinapuram yang selama ini telah memberikan kehangatan


source: google.com

0 comments:

Post a Comment