Hachiko adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu. Julukan
hachiko, anjing yang setia, sepertinya pantas disematkan kepada hewan
ini. Karena, setelah majikannya meninggal, hachiko terus menunggu
majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.
Namanya sewaktu kecil adalah hachi. Pemiliknya
adalah keluarga Giichi Saito dari Kota Odate, Prefektur Akita. Lewat
seorang perantara, hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin
memelihara anjing jenis akita inu. Ia dimasukkan ke dalam
anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang
berangkat dari Stasiun Odate, 14Januari 1924.
Hachi menjadi anjing peliharaan
Profesor Hidesaburo Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas
Kekaisaran Tokyo. Waktu itu, usia Profesor Ueno menginjak 53 tahun,
sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno sendiri adalah
pecinta anjing. Sebelum memelihara hachi, Profesor Ueno pernah beberapa
kali memelihara anjing akita inu, namun semuanya tidak berumur panjang.
Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, hachi
dipelihara bersama dua ekor anjing lain, s dan john. Sekarang, lokasi
bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department
Store.
Kebiasaan hachi adalah selalu mengantar kepergian majikannya di pintu
rumah atau dari depan pintu gerbang, ketika Profesor Ueno berangkat
bekerja. Bahkan, bersama s dan john, hachi kadang mengantar majikannya
hingga ke Stasiun Shibuya. Malamnya, hachi kembali datang ke stasiun
untuk menjemput Profesor Ueno.
Tanggal 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus,
tanpa diduga, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Dan seperti
biasa, hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, sampai
nggak mau makan selama 3 hari, lho.
Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara Tsuya ( jaga
malam untuk orang meninggal ) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei
1925. Hachi masih tidak mengerti, bahwa Profesor Ueno sudah meninggal.
Ditemani s dan john, seperti biasa pergi ke stasiun untuk menjemput
majikannya.
Setelah kepergian Profesor Uneo, nasib malang ikut menimpa hachi. Yae
harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno, karena ternyata, Yae
tidak pernah dinikahi secara resmi.
Sejak saat itu, hachi dan john dititipkan kepada kerabat Yae dan
profesor Ueno. Namun, sepertinya mereka kurang cocok dengan hachi.
Hingga pada musim gugur tahun 1927, hachi dititipkan di rumah Kikusaburo
Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno.
Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya, dekat dengan
Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor
Ueno, hachi kembali terlihat menunggu kepulangan majikannya tersebut di
Stasiun Shibuya.
Kisah hachi menunggu majikan di stasiun, mengundang perhatian
Hirokichi Saito dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Saito menulis
kisah sedih tentang hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian
Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ( Kisah Anjing Tua yang Tercinta ).
Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan hachi yang terus
menunggu kepulangan majikan. Saat itu, cerita tentang hachi menjadi
terkenal. Pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun
Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang ) ditambahkan di belakang nama hachi, dimana akhirnya orang memanggilnya dengan nama hachikō.
Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō
tersentuh dengan kisah hachikō. Sama dengan Saito, Andō ingin membuat
patung Hachikō. Setiap hari, hachikō dibawa berkunjung ke studio milik
Andō untuk berpose sebagai model.
Patung perunggu hachiko akhirnya selesai dan
diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada
bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh hachikō bersama sekitar
300 hadirin. Selain itu, Ando juga membuat patung hachiko yang sedang
bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut
dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohitodan Permaisuri Kojun.
Sayangnya, pada
tanggal 8 Maret 1935, selepas pukul 06.00 pagi. hachikō, 13 tahun,
ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai
Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya.
Berdasarkan otopsi, diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Rasa sedih dan simpati, banyak berdatangan. Perpisahan dengan hachikō
dihadiri banyak orang di Stasiun Shibuya. Termasuk janda almarhum
Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk
setempat. Bahkan, biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra.
Upacara pemakaman hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman
manusia.
Hachikō
dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di pemakaman Aoyama. Bagian
luar tubuh hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum
Nasional ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.
Patung hachikō juga didirikan di kota kelahiran hachikō di Ōdate,
pada tanggal 8 Juli 1935. Tepatnya, di depan Stasiun Odate. Patung
tersebut dibuat serupa dengan patung hachikō di Shibuya. Dua tahun
berikutnya ( 1937 ), kisah hachikō dimasukkan ke dalam buku pendidikan
moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di Jepang, yang berjudul On o wasureruna (Balas Budi Jangan Dilupakan).
Di saat berkecamuknya perang dunia ll, patung perunggu hachikō ikut
dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di
Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung
tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki dari Teru
Andō. Pada tanggal 12 Oktober 2003, monumen peringatan ulang tahun
hachikō ke-80 didirikan di lokasi rumah kelahiran hachikō, di Ōdate.
Kisah hidup hachiko, menginspirasi sutradara Seijiro Koyama untuk membuat film tentang hachiko yang berjudul Hachiko Monogatari dan
mulai diputar di Jepang, pada Oktober 1987. Sebuah drama spesial
tentang hachikō, juga ditayangkan jaringan televisi Nippon Television
pada tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita).
Pada tahun 2009 film Hachiko: A Dog’s Story karya sutradara Lasse Hallstrommulai diputar dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.
dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment