Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dalam wiracarita Mahabharata, Jarasanda (Sanskerta: जरासंध; Jarasandha) adalah seorang raja di Kerajaan Magadha, putera dari Raja Brihadrata. Ia merupakan teman Sisupala, raja di Kerajaan Chedi. Ia bermusuhan dengan Kresna dari Dwaraka. Dalam suatu pertempuran, ia dibunuh oleh Bima.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, kata Jarāsandha secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara". Nama ini terkait dengan legenda mengenai asal-usul Jarasanda. Konon Jarasanda lahir dengan tubuh yang terpisah, namun kemudian disatukan oleh Jara.
Asal-usul
Karena Raja Brihadata dari Kerajaan Magadha tidak memiliki keturunan, ia memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan hidup di hutan sebagai petapa. Di hutan, ia melayani seorang resi yang bernama Candakosika. Sang resi merasa kasihan kepada Brihadata yang tidak memiliki keturunan. Akhirnya, sang resi memberikan satu buah ajaib untuk dimakan oleh permaisuri Brihadata. Karena sang resi tidak tahu bahwa Brihadata memiliki dua permaisuri, maka ia hanya memberikan satu buah saja.
Ketika pulang ke istananya, Brihadata memotong buah ajaib pemberian resi Candakosika lalu membaginya kepada dua permaisurinya. Beberapa bulan kemudian, kedua permaisuri Brihadata melahirkan anak, namun badannya hanya separuh saja serta tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena takut, Brihadata memutuskan untuk membuang bayinya ke tengah hutan. Seorang raksasi bernama Jara memungut bayi tersebut dan menyatukan tubuhnya. Saat disatukan, bayi tersebut hidup dan menangis keras. Sang raksasi yang merasa kasihan, menyerahkan bayi tersebut kepada raja dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Brihadata menamai bayi tersebut Jarasanda, yang secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara".
Saat Candakosika tiba di istana Brihadata, ia melihat si bayi dan meramal bahwa Jarasanda akan memperoleh anugerah istimewa, dan akan terkenal sebagai pemuja Siwa.
Riwayat
Jarasanda tumbuh menjadi raja yang terkenal dan amat kuat, senang memperluas wilayah kerajaannya. Ia menaklukkan banyak raja, dan diberi gelar Maharaja Magadha. Sementara kekuatannya terus bertambah, ia merasa cemas memikirkan masa depannya karena tidak memiliki pewaris tahta. Atas nasihat sahabatnya yaitu Banasura, maka Jarasanda mempersembahkan dua puterinya, Asti dan Prapti, untuk dinikahkan kepada putera mahkota Mathura, yaitu Kamsa. Jarasanda juga meminjamkan pasukan dan penasihatnya kepada Kamsa.
Setelah Kamsa dibunuh oleh Kresna, Jarasanda memupuk kebencian pada Kresna dan berambisi untuk membunuhnya. Melihat kondisi menyedihkan yang terjadi kepada dua puterinya yang menjadi janda, Jarasanda bersumpah akan menyerang Mathura dan merebut kerajaan tersebut. Namun usahanya gagal saat Mathura dipimpin Ugrasena, yang didukung oleh Basudewa, penasihat militer Akrura, ditambah kekuatan Kresna dan Baladewa.
Meskipun usahanya gagal berulang kali, Jarasanda tidak menyerah hingga ia menyerang Mathura untuk yang kedelapan belas kali. Dalam serangannya yang kedelapan belas, ia dibantu oleh Raja Sisupala dari Kerajaan Chedi, dan Raja Kalayawana dari Paschimadesa. Setelah serangan terakhir dari Jarasanda, Kresna memberi saran kepada Raja Ugrasena dan ayahnya untuk mengungsi dan mendirikan kerajaan baru di Dwaraka. Hal itu dilakukan karena alasan strategi peperangan.
Pada suatu hari, Kresna menerima pesan rahasia dari Magadha. Seseorang meminta bantuan Kresna untuk membebaskan para raja yang dipenjara oleh Jarasanda di benteng Giribraja. Karena Kresna tahu bahwa Jarasanda tidak mudah dikalahkan dalam peperangan, maka ia pergi ke Indraprastha (Jawa = Amarta) untuk meminta bantuan Bima and Arjuna. Mereka pergi menghadap Jarasanda dengan cara menyamar menjadi tiga brahmana. Saat Jarasanda menjamu mereka dan meminta apa yang mereka butuhkan, ketiga brahmana meminta agar Jarasanda bertarung dengan salah seorang di antara mereka. Setelah melakukan pertimbangan, Jarasanda memilih Bima.
Kematian
Jarasanda menolak untuk membebaskan para raja yang ditawannya, sehingga ia menerima tantangan duel dan memilih Bima. Pertarungan berlangsung lama sekali, sekitar 27 hari. Untuk mengakhiri pertarungan secepatnya, Kresna memberi isyarat kepada Bima. Ia mengambil sehelai daun, lalu menyobeknya menjadi dua dan melemparnya ke arah yang berlawanan. Bima melihat apa yang dilakukan Kresna dan ia mengerti maksud isyarat tersebut. Akhirnya, Bima menarik kaki Jarasanda, menyobek tubuhnya menjadi dua bagian dan melempar potongan tubuh tersebut ke arah yang berlawanan.
Setelah kematian Jarasanda, segala raja yang ditawan dapat dibebaskan. Kresna mengangkat putera Jarasanda yang bernama Sahadewa menjadi raja. Sifat anak ini berbeda dengan ayahnya, sehingga Magadha menjadi sekutu Indraprastha.
Dalam wiracarita Mahabharata, Jarasanda (Sanskerta: जरासंध; Jarasandha) adalah seorang raja di Kerajaan Magadha, putera dari Raja Brihadrata. Ia merupakan teman Sisupala, raja di Kerajaan Chedi. Ia bermusuhan dengan Kresna dari Dwaraka. Dalam suatu pertempuran, ia dibunuh oleh Bima.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, kata Jarāsandha secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara". Nama ini terkait dengan legenda mengenai asal-usul Jarasanda. Konon Jarasanda lahir dengan tubuh yang terpisah, namun kemudian disatukan oleh Jara.
Asal-usul
Karena Raja Brihadata dari Kerajaan Magadha tidak memiliki keturunan, ia memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan hidup di hutan sebagai petapa. Di hutan, ia melayani seorang resi yang bernama Candakosika. Sang resi merasa kasihan kepada Brihadata yang tidak memiliki keturunan. Akhirnya, sang resi memberikan satu buah ajaib untuk dimakan oleh permaisuri Brihadata. Karena sang resi tidak tahu bahwa Brihadata memiliki dua permaisuri, maka ia hanya memberikan satu buah saja.
Ketika pulang ke istananya, Brihadata memotong buah ajaib pemberian resi Candakosika lalu membaginya kepada dua permaisurinya. Beberapa bulan kemudian, kedua permaisuri Brihadata melahirkan anak, namun badannya hanya separuh saja serta tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena takut, Brihadata memutuskan untuk membuang bayinya ke tengah hutan. Seorang raksasi bernama Jara memungut bayi tersebut dan menyatukan tubuhnya. Saat disatukan, bayi tersebut hidup dan menangis keras. Sang raksasi yang merasa kasihan, menyerahkan bayi tersebut kepada raja dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Brihadata menamai bayi tersebut Jarasanda, yang secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara".
Saat Candakosika tiba di istana Brihadata, ia melihat si bayi dan meramal bahwa Jarasanda akan memperoleh anugerah istimewa, dan akan terkenal sebagai pemuja Siwa.
Riwayat
Jarasanda tumbuh menjadi raja yang terkenal dan amat kuat, senang memperluas wilayah kerajaannya. Ia menaklukkan banyak raja, dan diberi gelar Maharaja Magadha. Sementara kekuatannya terus bertambah, ia merasa cemas memikirkan masa depannya karena tidak memiliki pewaris tahta. Atas nasihat sahabatnya yaitu Banasura, maka Jarasanda mempersembahkan dua puterinya, Asti dan Prapti, untuk dinikahkan kepada putera mahkota Mathura, yaitu Kamsa. Jarasanda juga meminjamkan pasukan dan penasihatnya kepada Kamsa.
Setelah Kamsa dibunuh oleh Kresna, Jarasanda memupuk kebencian pada Kresna dan berambisi untuk membunuhnya. Melihat kondisi menyedihkan yang terjadi kepada dua puterinya yang menjadi janda, Jarasanda bersumpah akan menyerang Mathura dan merebut kerajaan tersebut. Namun usahanya gagal saat Mathura dipimpin Ugrasena, yang didukung oleh Basudewa, penasihat militer Akrura, ditambah kekuatan Kresna dan Baladewa.
Meskipun usahanya gagal berulang kali, Jarasanda tidak menyerah hingga ia menyerang Mathura untuk yang kedelapan belas kali. Dalam serangannya yang kedelapan belas, ia dibantu oleh Raja Sisupala dari Kerajaan Chedi, dan Raja Kalayawana dari Paschimadesa. Setelah serangan terakhir dari Jarasanda, Kresna memberi saran kepada Raja Ugrasena dan ayahnya untuk mengungsi dan mendirikan kerajaan baru di Dwaraka. Hal itu dilakukan karena alasan strategi peperangan.
Pada suatu hari, Kresna menerima pesan rahasia dari Magadha. Seseorang meminta bantuan Kresna untuk membebaskan para raja yang dipenjara oleh Jarasanda di benteng Giribraja. Karena Kresna tahu bahwa Jarasanda tidak mudah dikalahkan dalam peperangan, maka ia pergi ke Indraprastha (Jawa = Amarta) untuk meminta bantuan Bima and Arjuna. Mereka pergi menghadap Jarasanda dengan cara menyamar menjadi tiga brahmana. Saat Jarasanda menjamu mereka dan meminta apa yang mereka butuhkan, ketiga brahmana meminta agar Jarasanda bertarung dengan salah seorang di antara mereka. Setelah melakukan pertimbangan, Jarasanda memilih Bima.
Kematian
Jarasanda menolak untuk membebaskan para raja yang ditawannya, sehingga ia menerima tantangan duel dan memilih Bima. Pertarungan berlangsung lama sekali, sekitar 27 hari. Untuk mengakhiri pertarungan secepatnya, Kresna memberi isyarat kepada Bima. Ia mengambil sehelai daun, lalu menyobeknya menjadi dua dan melemparnya ke arah yang berlawanan. Bima melihat apa yang dilakukan Kresna dan ia mengerti maksud isyarat tersebut. Akhirnya, Bima menarik kaki Jarasanda, menyobek tubuhnya menjadi dua bagian dan melempar potongan tubuh tersebut ke arah yang berlawanan.
Setelah kematian Jarasanda, segala raja yang ditawan dapat dibebaskan. Kresna mengangkat putera Jarasanda yang bernama Sahadewa menjadi raja. Sifat anak ini berbeda dengan ayahnya, sehingga Magadha menjadi sekutu Indraprastha.
Gabung di FP kami yuk : http://facebook.com/caritawayang
0 comments:
Post a Comment