Searching...

Popular Posts

Thursday, May 17, 2012

Nggak untuk Gaya-gayaan

11:07 AM
Breakdance, tarian jalanan Afro- Amerika itu sudah lama populer di kota-kota besar di Indonesia. Buktinya, banyak banget komunitas tarian yang biasanya diiringi musik hip hop, rap atau remixini. Tapi, gimana sih geliat breakdancedi kota kecil seperti Kudus? Adalah Not End Crew, sebuah kumpulan remaja Kota Kretek yang sama-sama punya keinginan menggiatkan breakdancedi Kudus. Ya, nggak kayak Semarang, breakdance di kota kecil memang masih sering dipandang sebelah mata oleh masyarakatnya.


Beberapa bilang breakdance cuma buat gaya-gayaan. Kompetisi-kompetisi khusus breakdance juga masih jarang banget diselenggarakan. "Sekarang breakdance sudah bisa diterima. Kami sering unjuk gigi di beberapa acara di Kudus,". terang Ketua Not End Crew, Muhammad Noor Fahmi (22). Diakui sang pendiri yang akrab dipanggil Fahmi itu, tarian yang mengandalkan kekuatan tubuh dan konsentrasi tersebut sebenarnya banyak peminat. Sayangnya, komunitas yang mampu mewadahi para pencinta breakdance itu belum banyak. Alhasil, Not End Crew yang diartikan sebagai kru yang nggak pernah berakhir itu kini menjadi tempat belajar bareng para remaja Kudus yang tertarik dengan breakdance.

https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/521332_2882010103169_1647588903_1834309_1551591270_n.jpg
Meski pernah mengalami pasang surut semangat dan keanggotaan, nggak menjadikan komunitas yang satu ini patah arang. ''Belajar breakdanceitu nggak untuk pamer dan gaya-gayaan. Kalau ikut belajar breakdancehanya untuk keren, maka tinggalkan sekarang. Kalau latihan serius, otomatis keren dan populer datang sendiri,'' ujar Fahmi. Not End Crew memang dikondisikan sebagai komunitas belajar bareng.

Nggak ada struktur organisasi yang mapan, nggak dipungut biaya kecuali untuk kas bersama, dan tentunya berbasis kekeluargaan. Tapi kata Fahmi, para awak Not End Crew memang dipersiapkan untuk berprestasi di kancah yang lebih luas lagi. ''Beberapa yang sudah siap, sering mengikuti kompetisi breakdancedi Semarang dan sekitarnya. Meski penguasaan teknik breakdancetergolong masih dasar, pengalaman tampil di luar kota itu penting biar nggak grogi,'' terangnya.

Setiap hari Minggu sore, para anggota Not End Crew selalu menggelar lapak di kawasan Simpang Tujuh, Kudus. Bermodal alat-alat ala kadarnya mereka beraksi breakdancedengan gerakan dasar yang meliputi top rock (gerakan menari-nari untuk peralihan), foot work (kelincahan kaki) dan freeze (gerakan tiba-tiba berhenti). Menurut Fahmi, menjadi penari breakdanceatau yang sering disebut b-boy (break/beat boy) nggak gampang.

Saat tampil, seorang b-boy kudu selalu konsentrasi. Pikiran harus fokus dengan tarian lantai, mata fokus ke penonton dan telinga fokus pada musik beat yang mengiringi. Dan itu semua bakal bisa dilakukan jika sang b-boy menggunakan perasaan saat menari. B-boyharus mengikuti ritme musik biar gerakan bisa dikatan on the beat. ''Memang butuh jam terbang dan latihan berkali-kali,'' katanya.


0 comments:

Post a Comment